Friday, 6 November 2015

Heboh!!!!!Mesin Ketik buatan Inggris Ini beraksara Jawa

     

    Mesin ketik yang kini sudah digeser perannya karena kemajuan teknologi biasanya digunakan untuk mengetik huruf alfabet latin. Namun Museum Penerangan Jakarta ternyata memiliki satu koleksi langka, yaitu mesin ketik beraksara Jawa.

Mesin ketik itu menjadi salah satu benda antik yang menarik perhatian dalam acara Museum Art 2015 di Museum Ronggowarsito Semarang tepatnya di stan Museum Penerangan. Mesin ketik tersebut  menarik perhatian karena bentuknya yang unik.

Bentuk mesin berwarna hitam itu unik karena besi pencetak huruf posisinya berdiri berjajar membentuk setengah lingkaran menghadap ke rol tempat menaruh kertas. Ada semacam pagar yang melindungi bagian atas barisan besi itu dan bertuliskan Royal Barlock.


Di bagian tuts mesin ketik yang biasanya bertuliskan huruf alfabet, sudah sama sekali berbeda karena ber-aksara Jawa yaitu Ha, Na, Na, Ca, Ra, Ka, dan seterusnya bahkan lengkap dengan tanda baca.

Dean Muhammad Aji, Duta Museum Penerangan mengatakan mesin ketik tersebut satu-satunya yang ada di Indonesia dan digunakan oleh Keraton Surakarta pada tahun 1917 sampai 1960-an. Fungsi awalnya digunakan untuk surat menyurat dengan Belanda, Inggris, dan sebagainya.

"Kemudian digunakan untuk menulis pengumuman pemerintah yang disebar ke masyarakat Jawa Tengah dan Jawa timur sampai tahun 1960," kata Dean.

Uniknya lagi, meskipun bertuliskan aksara Jawa, ternyata mesin ketik tersebut buatan pabrik Royal Barlock, Inggris. Koleksi tersebut menjadi salah satu koleksi Museum Penerangan tertua dan andalan untuk menarik perhatian masyarakat.

Selain mesin ketik aksara Jawa, Museum Penerangan juga memiliki tape recorder engkol yang berfungsi tanpa listrik namun dengan memutar tuas. Tape itu pernah merekan suara Mayjen Soeharto selaku Panglima Kostrad ketika ditemukan 7 petinggi yang tewas dalam peristiwa G-30S/PKI tepatnya 4 Oktober 1965.

"Tape record engkol ini merekam suara pak Soeharto. Ini tanpa listrik, tinggal putar," imbuh Duta Museum Penerangan Jakarta, Maslihatun Maslihah.


Ada juga mikrofon Kyai Balong yang pernah digunakan mengabarkan adanya  Agresi Militer Belanda II Tahun 1948. Mikrofon ini ditempatkan pada pemancar di Desa Balong, di Lereng Gunung Lawu, Surakarta, yang pada waktu itu hanya mengudara dua jam sehari dari pukul 19.00-21.00 WIB dengan menggunakan empat bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Inggris, Perancis, dan Belanda.

Masih banyak koleksi-koleksi bersejarah yang berhubungan dengan penerangan lainnya. Untuk melihat itu bisa langsung datang ke Museum Penerangan di Taman Mini Indonesia Indah.

No comments:

Post a Comment